VISI BEM FMIPA 2012

21 Januari 2010

Mencermati Kontroversi Bail-Out Century Versi Pansus

Mengikuti perkembangan kontroversi bail-out Century versi Pansus DPR sepertinya semakin jauh saja karena pansus berusaha memahami permasalahan ini hingga menginvestigasi asal mula berdirinya bank valas terbesar dengan dominasi nasabah etnis tionghoa ini (http://www.detikfinance.com). Antar pejabat BI pun diadu argumentasinya seperti Burhanuddin Abdullah, Anwar Nasution, Miranda S. Gultom dan Budiono. Alhasil, pendapatnya juga bervariasi meskipun sebagian ada jawaban yang serupa seperti ketika ditanyakan dampak sitemik jika Century ditutup, mereka sepakat tidak berdampak sistemik, hanya Miranda saja yang menjawab lebih spesifik tergantung kondisi yaitu jika kondisi normal tidak berdampak sistemik namun jika kondisi krisis akan berdampak sistemik (Jawa Pos, 22/12/09). Jawaban berbeda justru diungkapkan oleh Budiono ketika menanggapi pertanyaan dari Anggota DPR dari Partai Gerindra Ahmad Muzani, Budiono menjelaskan bahwa ada empat alasan mengapa kondisi saat itu perbankan memerlukan penanganan khusus. Pertama, arus modal asing modal keluar dengan cepat sehingga kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat melonjak-lonjak. Kedua, likuiditas di industri perbankan nasional mengering. Ketiga, Pasar Uang Antar Bank macet dan keempat berbagai rumor beredar di pasar keuangan dan luar biasa (http://bisniskeuangan.kompas.com). Penjelasan ini memang normatif dan masih luas (sudut pandang industri perbankan) karena belum spesifik ke inti permasalahan (sudut pandang perusahaan) yaitu Bank Century sendiri.

Namun terlepas dari salah atau benar bail-out century ini, setidaknya ada 5 catatan menurut saya: 1) pansus harus bisa membedakan keputusan bail-out dengan riwayat merger bank century saat itu karena gubernur BI-nya beda, merger dilakukan di zaman Burhanuddin Abdullah sedangkan bail-out dilakukan di zaman Budiono, dan ketepatan Budiono bukanlah pejabat karir di BI sehingga jika Budiono oleh pansus diduga keliru mengambil keputusan maka tidak perlu dikait-kaitkan dengan riwayat merger, 2) keputusan bail-out bisa jadi adalah efek dari kontroversi merger sebelumnya (selain masalah kondisi krisis finansial saat itu) sehingga jika bail-out oleh pansus dianggap salah berarti Budiono termasuk kena getahnya, 3) jangan dulu memasukkan kepentingan politik dalam menginvestigasi masalah ini karena ini adalah ranah finansial, jika dipolitisasi maka yang benar bisa jadi salah dan yang salah bisa terjadi pembenaran, 4) efek sistemik itu masih debateble karena Bank Century tidak selevel Bank Mandiri, whether bail-out affects a rush or not, sepertinya perlu dianalisis lagi hipotesis ini karena selain kejadiannya telah lewat, faktor pemicu (variabel-driven) masih perlu digali dan dibuktikan korelasinya, 5) akhirnya, jangan dulu bail-out itu dianggap percuma, audit dulu fundamentalnya selayaknya financial audit oleh pihak independen non-BPK sebagai pembanding, jika ternyata memang mubadzir, lakukan saja forensic audit, usut dananya dan kembalikan ke kas negara. Jika pansus memperhatikan hal diatas (meskipun berasal dari lembaga politik), berarti dewan kita ini berada di jalan yang benar (InsyaAllah).

http://amirmahmuds.wordpress.com/2009/12/22/mencermati-kontroversi-bail-out-century-versi-pansus/

1 komentar:

BEM FMIPA UNDIP mengatakan...

Assalamualaikum.
Salam hangat dari anak BEM FMIPA UNDIP...
Bagaimana kabarnya..?
Saya Arsyil menteri NIC (Depkominfo).
Saya yg bertanggungjwb mengenai networking dan IT di BEM FMIPA UNDIP.
Saya dpt link blog ini setelah searching di Google.
Saya link kan blog ini ke blog kami bemfmipaundip.blogdetik.com ..